Buanglah sampah di tempatnya
Seorang hartawan mengadakan kenduri. Dua ratus tamu diundangnya. Tapi alam enggan bersahabat dengannya. Hujan deras mengacaukan rencananya. Akhir pesta masih ada jatah makan untuk seratus orang. Hartawan tidak mau capek-capek. Waktu ada pengemis yang biasanya dia usir, dia bungkuskan jatah makanan untuk sepuluh orang sambil berpesan agar si pengemis mengundang kawan-kawannya. Pada akhir cerita, jatah makan untuk seratus orang dibawa pulang oleh dua belas orang pengemis. Sekembung-kembungnya perut selusin pengemis, toh tetap ada sisa nasi yang jadi basi. Padahal, dua ratus meter dari rumah sang hartawan ada sebuah panti asuhan dengan anak-anak yang selalu kekurangan makan. Kalau saja si hartawan mau repot sedikit, dia bisa menolong lebih banyak orang yang benar-benar membutuhkan. Tetapi banyak orang segan berjalan agak jauh menuju tempat pembuangan sampah, dan membuang sampah pada tempatnya.
Dalam hidup, seringkali kita kelebihan sesuatu yang dengan rela kita berikan pada orang lain. Kelebihan ini dapat diibaratkan seperti sampah yang harus dibuang. Buanglah pada tempatnya.Kalau kalian punya kelebihan uang, kepada siapa kalian berikan? Kepada pengemis yang simpatik, atau kepada pengemis yang sangat jorok dan menjijikkan karena telah bertahun-tahun tidak pernah punya kelebihan uang untuk membeli sabun mandi? Kalau ada kue yang kalian tidak sukai, seharusnya disuguhkan pada anjing gemuk atau ditenteng sepanjang jalan sampai bertemu dengan anjing kurus yang kelaparan?
Tong sampah tidak selalu ada tepat di sebelah kita pada saat tangan kita kotor dengan sisa-sisa makanan yang harus dibuang. Seringkali kita masih harus berjalan beberapa meter untuk membuang sampah itu di tempat yang semestinya. Tetapi membuang sampai pada tempatnya adalah ibarat memberikan pertolongan kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Hanya dengan cara ini sampah kita dapat berubah menjadi emas bagi orang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar