Membantu Anak Menguasai
Keterampilan Hidup
R. Matindas
1.
Keberhasilan tidak sepenuhnya tergantung pada usaha.
Banyak keberhasilan yang dicapai karena “nasib baik”Walaupun banyak keberhasilan yang dicapai melalui kerja keras, namun tidak boleh dilupakan bahwa ada kalanya keberhasilan tercapai karena nasib baik. Seringkali nasib baik (keberuntungan) itu bersumber pada jasa orang lain, khususnya para pengasuh.
2. Ada orang-orang yang bernasib baik karena mereka dibekali orangtuanya dengan pengasuhan yang positif. Pengasuhan positif adalah pengasuhan yang memungkinkan seseorang memiliki sejumlah keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
3.
Anak yang mendapat pengasuhan positif biasanya beruntung memiliki sejumlah keterampilan penting untuk mengatasi persoalan-persoalan kehidupannyaOrang yang tidak beruntung, mendapatkan pola pengasuhan yang keliru. Sebagai akibatnya, mereka tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan hidup. Dengan begitu, mereka seringkali gagal, walaupun sesungguhnya mereka sudah berusaha keras.
4. Singkatnya, keberhasilan mengatasi persoalan sesungguhnya adalah gabungan antara “nasib baik” (berupa pengalaman masa lalu yang menghasilkan keterampilan-keterampilan tertentu) dan usaha atau kerja keras.
5.
Empat Masalah Kehidupan
Masalah “sekolahan”
Masalah “pergaulan”
Masalah karir dan pekerjaan
Masalah ke-diri-anSesungguhnya, keterampilan hidup yang dimiliki seseorang tidak seratus persen merupakan nasib baik. Tidak seluruh keterampilan itu didapat karena jasa orang lain (pengasuh). Beberapa di antara keterampilan itu dicapai karena yang bersangkutan berusaha dan melatih diri untuk menguasainya.
6. Istilah keterampilan hidup (yang digunakan dalam pembahasan ini) tidak terbatas hanya pada keterampilan sosial maupun keterampilan yang dicakup dalam konsep emotional intelligence. Keterampilan hidup yang dimaksudkan di sini adalah gabungan keterampilan untuk mengatasi empat bidang masalah kehidupan yaitu [1] masalah “sekolahan”, [2] masalah pergaulan [3] masalah karir dan pekerjaan dan [4] masalah ke-diri-an.
7.
Keterampilan Sekolahan
Membaca, Menulis, Berhitung
Pengetahuan Umum
Berpikir
· Kritis
· Logis
· Analitis
· Aplikatif
Keterampilan di bidang sekolahan adalah keterampilan yang dibutuhkan untuk memahami bahan pelajaran dan lulus dalam ujian. Pada dasarnya keterampilan ini adalah keterampilan untuk berpikir, dan menerapkan hasil berpikir. Keterampilan ini meliputi keterampilan untuk membaca, berhitung serta berpikir.
8. Keterampilan di bidang pergaulan, meliputi keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain; baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat maupun dengan orang-orang di lingkungan kerja.
9. Keterampilan di bidang pergaulan ini meliputi keterampilan untuk bertindak asertif, yang antara lain meliputi:
a. Kemampuan untuk mengekspresikan keinginan
b. Keberanian untuk meminta bantuan (tanpa merendahkan derajat)
c. Keberanian untuk menolak permintaan
d. Kemampuan untuk memberikan pujian
e. Kemampuan untuk memberikan teguran maupun saran
10.
Keterampilan di bidang karir dan pekerjaan, adalah gabungan keterampilan ‘sekolahan” dan keterampilan pergaulanDi samping keterampilan bertindak asertif, keterampilan di bidang pergaulan meliputi pula keterampilan untuk mengenali emosi orang lain, emosi pribadi serta kemampuan untuk menyelesaikan pertikaian melalui negosiasi.
11. Keterampilan di bidang pekerjaan umumnya merupakan gabungan dari keterampilan di bidang sekolahan dan keterampilan di bidang pergaulan. Ini antara lain disebabkan oleh sifat pekerjaan. Di satu pihak, dalam bekerja seseorang diharapkan menerapkan pengetahuan yang sebelumnya ia peroleh melalui pendidikan formalnya. Di lain pihak ia diharapkan juga bergaul dengan sesama rekan kerjanya. Dalam pergaulan ini, ia diharapkan menerapkan keterampilan-keterampilan yang diperolehnya melalui pengalaman bergaulnya.
12.
Di lingkungan pekerjaan, orang harus mampu bersaing melalui kerja samaDi samping itu, dalam lingkungan pekerjaan, seseorang juga diharapkan mau dan mampu bekerja sama sambil sekaligus bersaing dengan rekan kerjanya. Ia harus bersaing untuk memperebutkan posisi tertentu, karena umumnya posisi itu jumlah lebih sedikit dari jumlah karyawan yang ada.
13. Uniknya, dalam melakukan persaingan itu, ia harus menunjukkan bahwa ia mampu bekerja sama, karena hanya orang-orang yang mampu bekerja sama yang akan memenangkan persaingan.
14. Meskipun merupakan makhluk sosial, ada kalanya manusia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. Seringkali manusia seakan-akan bertarung dengan dirinya sendiri. Ada ‘bagian’ dirinya yang menginginkan hal tertentu, sedangkan bagian diri lainnya justru menginginkan hal yang bertentangan. Salah satu contohnya adalah ketika seorang anak bingung menetapkan chanel tv yang ingin ditonton. Dalam keadaan ini sebetulnya kalau boleh ia ingin bisa menonton dua-duanya. Tapi hal itu tidak mungkin. Ia harus menetapkan pilihan. Ia juga harus menetapkan pilihan ketika berhadapan dengan daftar menu di rumah makan atau ketika harus memilih antara berkawan dengan A yang mengandung risiko dikucilkan oleh teman lain, atau ikut memusuhi A dengan risiko tidak bisa menumpang A kalau pulang sekolah.
15.
Kemampuan memutuskan adalah kemampuan pokok yang harus dimiliki tiap manusiaAdanya berbagai situasi yang mengandung konflik, mengharuskan manusia memiliki prioritas dalam hidupnya, sebagai pegangan dalam membuat keputusan.
16. Untuk itu seseorang perlu mengenali konsekuensi dari pilihan yang dihadapi, khususnya dalam memutuskan buruk-baiknya pilihan tertentu.
17. Selain kemampuan membuat putusan, manusia juga diharapkan mampu mengendalikan perasaan khususnya perasaan-perasaan yang kalau diungkapkan tidak pada tempatnya dapat merugikan. Manusia harus mampu menahan rasa marah dan kecewa, tetapi juga harus mampu menyalurkan kemarahkan atau kekecewaan dengan cara-cara yang dapat diterima lingkungannya
18. Mempersiapkan anak untuk menguasai keterampilan-hidup, tidak boleh melupakan kenyataan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Juga harus diingat bahwa ada banyak tiap keterampilan hanya dapat dicapai lewat cara khusus yang berbeda dengan cara untuk mencapai keterampilan lainnya.
19. Ada keterampilan yang dapat diajarkan. Dalam hal ini anak cukup diberitahu dan ia bisa memahami. Pengetahuan umum biasanya tergolong dalam “keterampilan” ini.
20. Ada keterampilan yang harus dibiasakan (dengan sanksi dan hadiah). Beberapa hal lain, tidak cukup diajarkan, melainkan harus di’paksa’kan pada anak. Pada mulanya anak mungkin tidak mau, tetapi kemudian kalau ‘paksaan’ itu bersifat konsisten dan diikuti oleh ‘hadiah’ jika dituruti, anak akan mau melalukannya tanpa paksaan.
21. Ada keterampilan yang perlu dilatih sendiri (anak sendiri harus sering mengulang) Beberapa keterampilan hanya mungkin dicapai melalui kerja keras orang yang bersangkutan. Kemampuan menahan diri (misalnya) tidak bisa hanya diajarkan caranya.
22. Ada keterampilan yang berkembang karena dipupuk secara tepat. Pada dasarnya manusia memiliki banyak potensi yang akhirnya tidak terwujud karena tidak mendapatkan pupuk yang tepat. Contohnya adalah potensi anak untuk jadi pribadi yang berinisiatif. Potensi ini bisa tidak berkembang karena pada kritisnya (saat yang kritis untuk perkembangannya), anak justru sering dihukum kalau menampilkan insiatif. Kata-kata seperti, “Jangan”, “Awas”, “Tidak boleh”, adalah kata-kata yang akan menghambat perkembangan inisiatif anak.
23. Karena tiap keterampilan harus dicapai melalui cara yang maka dengan sendirinya diperlukan berbagai kegiatan untuk membantu anak menguasai keterampilan hidupnya. Pada dasarnya membutuhkan pupuk perkembangan dan pupuk itu harus sesuai dengan tahap perkembangannya. Sebagaian besar cara itu terkait dengan pola pengasuhan anak di waktu kecil. Berikut ini ada beberapa hal kongkrit yang dapat dilakukan.
a. Biasakan anak mengalami konflik internal.Kemampuan membuat keputusan adalah keterampilan sentral dalam kehidupan seseorang. Mereka yang terbiasa mengalami konflik internal akan terbiasa untuk membuat putusan dan juga terdorong untuk memiliki skala prioritas. Adanya prioritas hidup membuat orang lebih rela ketika harus kehilangan hal tertentu.
b. Dorong anak untuk mengeksplorasi kemungkinan.Jangan biarkan anak terlalu cepat membuat putusan. Sejak kecil biasakan anak memikirkan kemungkinan lain sebelum ia menjatuhkan pilihan. Kebiasan ini akan membuat anak tidak tergesa-gesa dan selain itu merangsang daya kreatifnya.
c. Bantu anak untuk mengenali konsekuensi dari pilihan.Anak harus menyadari bahwa tiap pilihan mengandung konsekuensi. Penyesalan umumnya terjadi ketika putusan dijatuhkan tanpa menyadari konsekuensi yang dapat ditimbulkannya.
d. Kenalkan anak pada SaHaBaTnya. Kata SaHaBaT disini adalah singkatan dari Sasaran, Hambatan, Bantuan dan Tindakan. Memperkenalkan anak pada SaHaBaTnya berarti membantu anak untuk selalu menyadari [1] Sasaran yang ingin ia capai (termasuk alasan kenapa hal itu ingin dicapai), [2]Bantuan yang dapat diharapkan untuk mencapai hal itu, [3] Hambatan-hambatan yang mungkin mucul dan [4] Tindakan yang harus dilakukan untuk mencapainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar