Analisis Indonesia Masa Depan
Antara Mimpi dan Antisipasi
R Matindas
Saya punya kenalan seorang duda yang tak tahu diri. Ia kirimkan data ke rubrik kontak jodoh. Yang dia cari adalah perawan di bawah 20 tahun, berwajah cantik, berkelakuan baik dan punya orang-tua kaya yang akan segera mewariskan hartanya. Sang duda jelas bermimpi. Sama dengan mimpi karyawan beberapa bank yang akan bangkrut bahwa akan muncul keajaiban yang membuat perusahaannya tiba-tiba bangkit kembali.
Tentu saja orang boleh mengimpikan seseuatu, asal impian itu realistis. Impian yang realistis dapat menjadi sumber motivasi. Tapi sebaliknya , tidak jarang impian yang terlalu muluk justru membuat orang lengah dan akhirnya terpuruk. Itu sebetulnya yang menimpa banyak pengusaha Indonesia menjelang kriris moneter. Karena bermimpin bahwa ekonomi akan terus membaik, banyak pengusaha yang tidak mengantisipasi kemungkinan melonjaknya nilai dolar. Padahal banyak pengusaha lain cukup mampu menangkap indikasi yang menunjukkan adanya kemungkinan itu. Di antaranya adalah data bahwa pada bulan April 1998, banyak utang perusahaan maupun pemerintah yang jatuh tempo sehingga pasti akan ada kebutuhan dolar yang tinggi.
boleh bermimpi bagai punguk yang rindukan bulan. Tapi mimpi muluk ini tak pernah jadi nyata. Untung sang dua cepat sadar dan kemudian sedikit demi sedikit menjadi makin realistis. Ia mencoba menganalisis situasi dan mengantisipasi berbagai kemungkinan termasuk kemungkinan-kemungkinan buruk yang sulit dihindarkan.
Hampir tiap orang punya keingintahuan tentang masa depan. Ramalan bintang, yang dimuat disurat kabar atau tabloid umumnya tetap dibaca walaupun tidak dipercaya. Banyak orang tergoda mengunjungi dukun atau toa pek kong untuk menanyakan kesehatan, rejeki dan jodohnya. Kebutuhan ini semakin meningkat jika orang dikuasai perasaan cemas. Di masa krisis moneter orang selalu antusias memperhatikan rumor tentang pergerakan kurs dolar, dan tidak begitu mengacuhkan ramalan cuaca yang memang sering meleset. Namun jika akan bepergian naik pesawat lalu cemas tentang kemungkinan adanya asap, orang toh menaruh perhatian terhadap ramalan.
Meramal masa depan sudah dilakukan sejak Jayabaya dan Nostradamus. Keduanya meramal dengan gaya khas seorang paranormal, yaitu dengan metaphor yang tidak mudah dipastikan artinya. Karena itu ramalannya hanya bisa digunakan dengan cara yang sama dengan ramalan buntut lotery. Manusia butuh sesuatu yang lebih jelas untuk pegangan. Khususnya manusia Indonesia dan investor yang berminat menanam modal di Indonesia.
Untuk mencegah ramalan terbias oleh mimpi dan harapan, ada metoda yang dinamai perumusan skenario (scenario building). Cara ini mematuhi kaidah Einstein dengan hukum relativitasnya. Inti perumusan skenario adalah pernyataan bahwa masa depan bukan sesuatu yang pasti. Masa depan bisa begini tapi juga bisa begitu. Paling tidak, perumusan skenario menyediakan lebih dari satu kemungkinan. Tetapi berbeda dengan ramalan model Jayabaya, perumusan skenario menunjukkan berbagai indikator untuk memperkecil jumlah kemungkinan. Dengan cara lain bisa diumpakan seperti ini. Katakan ada empat skenario (baca empat kemungkinan) bagi Indonesia dimasa depan.Masing-masing diberi nama skenario satu, dua tiga dan empat.
Meskipun saat sekarang ini keempat skenario itu semuanya masih mungkin terjadi, namun dalam perjalan waktu, satu-demi satu skenario akan mengalami penurunan peluang. Umpanya, skenario satu akan makin mungkin terjadi jika sampai akhir tahun 2004 Gus Dur akan tetap merupakan presiden Indonesia. Ini berarti bahwa jika Gus Dur dijatuhkan sebelum 2004, peluang skenario satu akan menjadi sangat kecil, sementara peluang skenario lainnya membesar.
Dengan memahami adanya berbagai skenario dan peristiwa kritis yang mempengaruhi peluang masing-masing skenario, orang bisa lebih mengantisipasi masa depan. Lebih dari itu, karena perisitiwa kritis yang mempengaruhi peluang tiap skenario adalah sesuatu yang belum terjadi, orang masih mungkin berusaha untuk mengarahkan hasil peristiwa kritis lebih memperbesar peluang bagi skenario yang lebih mendukung impiannya.
Perumusan skenario dan dialog skenario sebetulnya adalah jembatan untuk mentranformasi mimpi menjadi alat antisipasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar