EMPAT CARA MENABUNG WAKTU
R. Matindas
Terbatasnya waktu luang biasanya disebabkan banyaknya waktu yang terbuang. Untuk mengatasi kurangnya waktu, ada empat cara yang dapat diterapkan.
1. Kalau Anda Bukan Pembantu
Empat bulan lalu, seorang kawan—manajer pemasaran sebuah bank swasta—meminta nasihat saya. Ia mengeluh tidak punya waktu karena selalu disibukkan oleh tugas-tugasnya. Sementara para stafnya banyak menganggur. Ketika saya bertanya mengapa ia tidak membagi pekerjaan kepada para stafnya, inilah jawabannya, “ Staf saya orang-orangnya kurang mampu. Saya tidak punya waktu untuk mengajari mereka. Saya terlalu sibuk. Saya jadi sibuk karena harus mengerjakan sendiri semua pekerjaan yang ada. Soalnya, bawahan saya tidak mampu. Saya tidak punya waktu untuk mengajari mereka karena terlalu sibuk. Yang saya tahu saya harus menangani sendiri semua tugas yang ada. Tidak ada satu tugas pun yang bisa saya percayakan pada staf saya, mereka tidak mampu...”
Sambil mendengarkan dia menyampaikan rangkaian keluh kesahnya, saya mengambil secarik kertas untuk menuliskan pesan-pesan saya, “Tuan, paling tidak ada satu hal yang bisa Saudara minta untuk dikerjakan oleh staf Anda. Mintalah salah seorang dari mereka untuk mengulangi kalimat-kalimat ini, dan pasti Anda akan punya sedikit waktu untuk mengerjakan hal-hal yang lain. Bahkan bila Anda merasa merasa mereka tidak mampu mengucapkan kalimat yang seperti lingkaran setan itu, saya tetap menyarankan Anda untuk meminta mereka mencobanya. Kesalahan Anda yang terbesar adalah pikiran bahwa seseorang harus diajari dulu, baru diberikan tugas. Sebaliknya, orang justru belajar melalui pengalamannya dalam bekerja.”
Saudara Pembaca, resep untuk menciptakan waktu luang sebetulnya sederhana sekali. Anda tentu paham bahwa setiap orang punya jatah waktu yang sama. Untuk tiap orang, satu hari berisi 24 jam. Waktu akan terasa kurang hanya bila pekerjaan terlalu banyak. Jadi, kalau Anda bisa mengurangi pekerjaan, dengan sendirinya waktu Anda akan bertambah. Karena itu, bila Anda seorang manajer, delegasikan tugas-tugas pada staf Anda. Kalau Anda bukan manajer melainkan nyonya rumah, limpahkan sebanyak mungkin pekerjaan kepada pembantu. Tapi... bila Anda seorang pembantu, pelajarilah cara kedua dan ketiga.
2. Kalau ke Bandung, Mampirlah ke Bogor
Bayangkan bahwa Anda baru saja tiba kembali—di Jakarta—dari Bandung. Ketika ingin istirahat, Anda teringat bahwa asinan yang dipesan Sang Pacar belum Anda beli. Namanya saja asinan bogor, belinya tentu harus di Bogor. Terpaksalah Anda menempuh perjalanan Jakarta-Bogor-Jakarta, yang menghabiskan “tabungan” waktu luang Anda sebanyak 90 menit. Mungkin Anda pikir Anda sial karena lupa mampir di Bogor sewaktu pulang dari Bandung. Saya tidak setuju dengan pikiran Anda. Saya katakan Anda goblok. Anda tidak merencanakan pekerjaan secara seksama. Anda perlu mencamkan bahwa perencanaan yang matang adalah kunci untuk menghemat waktu. Status sebagai pembantu (ingat bahwa hanya pembantu yang dianjurkan untuk membaca cara kedua dan ketiga) sama sekali bukan alasan untuk tidak membuat perencanaan. Bila anda pergi ke pasar tanpa perencanaan yang matang, besar kemungkinan Anda perlu “bolak-balik” karena ada saja yang kelupaan. Sebaliknya bila Anda membuat rencana yang rapi untuk keperluan dua tiga hari, Anda bisa ke pasar hanya sekali dalam tiga hari.
Kemudian, bila satu waktu Anda menjadi office-boy yang bertugas membelikan makanan untuk para karyawan kantoran, ingatlah pesan ini. Jangan beranjak ke restoran sebelum semua pejabat mendiktekan pesanan lunch mereka. Selanjutnya bila karir Anda meningkat menjadi reporter, biasakan untuk merencanakan wawancara Anda. Jangan sampai Anda terpaksa menghubungi kembali sumber berita untuk menanyakan hal-hal yang terlupa. Ada tiga alasan untuk melarang terjadinya hal ini. Pertama, Anda membuang waktu. Kedua, Anda memancing kesebalan sumber berita, dan ketiga ia mungkin sudah almarhum. Jadi sekali lagi, “Rencanakan pekerjaan Anda, dan kerjakan pekerjaan itu.”
3. Kalau Anda Bukan Pengemudi
Kalau Anda bukan pengemudi, barangkali ada baiknya Anda belajar dari mereka. Pengemudi-pengemudi senior umumnya tahu betul bahwa waktu tempuh tersingkat akan tercapai bila mobil hanya satu kali mulai dan satu kali berhenti. Setiap kali mobil direm sampai berhenti, kita harus mulai lagi dari gigi satu. Makin sering berhenti, makin sering harus mulai dari gigi satu. Dan makin sering menggunakan gigi satu, makin lambatlah perjalanan itu. Setiap kali berhenti kerja, Anda perlu “waku untuk masuk kembali ke dalam suasana”. Jika Anda beristirahat (tidur) sebelum menyelesaikan penulisan naskah, maka setelah bangunm Anda tidak mungkin segera bekerja. Rapat yang diskors selama 30 menit untuk makan siang, selalu, selalu membuang waktu lebih dari 30 menit.
4. Kalau Anda Mulai Jenuh
Kejenuhan akan membuat Anda tidak produktif. Tamap luarnya saja bahwa Anda bekerja, tapi pada hakikatnya Anda tidak menghasilkan apa-apa. Jadi sebetulnya Anda hanya buang-buang waktu. Anda ibarat penumpang taksi yang terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Walaupun argometer bertambah terus, Anda tetap tidak beranjak dati posisi Anda. Jika Anda bekerja dalam keadaan jenuh, Anda tidak beristirahat. Anda tidak menikmati waktu luang Anda. Sebaliknya Anda kehilangan waktu, karena hal yang kini Anda coba kerjakan tetap harus Anda kerjakan lagi di kemudian waktu. Nah, untuk mencegah berlarutnya hal ini, ikutilah nasihat OSCAR WILDE, “Never put off until tomorrow what you can delay until the day after.” Ambillah cuti, nikmatilah waktu luang Anda. Bila waktu cuti Anda telah berakhir sementara Anda tetap jenuh dan mulai mengeluh karena terlalu banyak pekerjaan, layangkan sejenak pikiran Anda pada mereka yang mengeluh karena tidak punya pekerjaan...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar