KREATOLOGI
Cara Kreatif Memecahkan Masalah
Kreasi R Matindas
1. Kata “kreatologi” berasal dari kata Inggris to creat yang berarti mencipta dan logos yang berarti jalan. Sebagai kesatuan, kreatologi digunakan untuk menunjukkan kumpulan cara-cara kreatif dalam mengembangkan alternatif pemecahan masalah.
2. Ada banyak cara untuk memecahkan masalah. Satu di antaranya adalah cara yang kreatif. Di antara cara-cara lainnya, ada cara analitis, cara yang kovensional, atau cara yang logis. Cara yang kreatif adalah cara yang non logis, bukan cara yang anti logika.
3. Untuk memecahkan masalah, orang harus sadar bahwa masalah adalah perbedaan antara keinginan dan kenyataan. Kalau keinginan sama dengan kenyataan, tidak ada masalah. Jadi untuk memecahkan masalah, salah satu harus diubah: keinginan atau kenyataan. Sedapat mungkin orang akan berusaha mengubah kenyataan, tapi kalau kenyataan tidak mungkin diubah, orang harus siap mengubah keinginan.
4. Mengubah keinginan menjadi lebih mudah jika orang ingat bahwa keinginan biasanya ada demi keinginan yang lebih mendasar. Saya ingin kerja supaya punya banyak uang. Saya ingin punya banyak uang supaya bisa mentraktir kawan-kawan. Saya ingin mentraktir kawan-kawan supaya mereka menyenangi saya. Saya ingin disenangi kawan-kawansupaya bisa mempengaruhi mereka. Demikian seterusnya. Di balik setiap keinginan ada keinginan lain yang mendasari. Menyadari dasar keinginan membuka lebih banyak peluang untuk menemukan cara-cara memenuhi keinginan yang lebih mendasar, bila keinginan yang lebih dangkal sulit untuk dipenuhi.
5. Proses pemecahan masalah dapat dikelompokkan ke dalam sejumlah langkah utama. Mula-mula harus disadari apa yang menjadi tujuan atau keinginan. Lalu selidiki dasar keinginan itu. Setelah jelas apa yang ingin dicapai, dibutuhkan pemikiran mengenai sebanyak mungkin cara untuk mencapai keinginan itu. Di sinilah dibutuhkan kreativitas untuk mengembangkan sebanyak mungkin alternatif. Semua alternatif yang ada kemudian diteliti untuk menemukan alternatif terbaik. Pemilihan alternatif terbaik membutuhkan adanya sejumlah kriteria. Dengan membandingkan nilai tiap alternatif pada masing-masing kriteria dapat ditemukan alternatif terbaik. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan alternatif yang bersangkutan dan mengevaluasi sejauh mana tindakan yang dilakukan benar-benar berhasil mengatasi masalah yang ada.
6. Di antara langkah-langkah pemecahan masalah, langkah pengembangan alternatif adalah langkah yang paling menuntut kreativitas. Sebaliknya, langkah pemilihan alternatif lebih membutuhkan kemampuan berpikir berdasarkan logika dan daya analisis.
7. Ada sejumlah cara untuk menghasilkan alternatif. Cara-cara itu menuntut sejumlah sikap pengetahuan dan keterampilan tertentu. Di bawah ini diuraikan beberapa cara yang dapat diterapkan sehari-hari:
a. Jauhi kebiasaan yang menghambat kreatvitas.
Ada sejumlah kebiasaan yang membuat orang sulit menemukan alternatif. Yang pertama adalah kebiasaan untuk terlalu cepat memberikan penilaian negatif terhadap alternatif yang muncul dalam pikiran. Komentar-komentar seperti, "Itu tidak mungkin...”, “Tidak praktis", dan semacamnya sering membuat sebuah "calon alternatif" yang masih belum sempurna dilupakan begitu saja. Padahal jika "calon alternatif" ini dikembangkan lebih jauh, barangkali bisa dihasilkan sebuah alternatif yang istimewa. Kita harus menyadari bahwa tidak selamanya sebuah alternatif muncul dalam wujud yang sudah sempurna. Tidak jarang kita harus melihat gagasan awal sebagai sebuah calon alternatif yang masih harus dikembangkan. Gagasan awal tidak boleh dibunuh karena adanya cacat tertentu. Sebaliknya, gagasan awal ini harus digunakan sebagai batu loncatan untuk menemukan gagasan lain yang lebih istimewa. Pelukis-pelukis yang handal, jarang menghapus garis-garis pertamanya. Mereka mengembangkan gagasan awalnya. Begitu juga dengan para pengarang. Mereka mulai dengan out-line yang jauh dari sempurna. Pencipta musik terus menerus mengutak-ngatik rangkaian nada yang semula tidak indah untuk didengar.
Di samping hal-hal di atas, ada baiknya untuk tidak segera puas ketika telah menemukan satu alternatif yang dianggap cukup memadai. Jika waktu untuk mengumpulkan alternatif masih ada, kumpulkan terus alternatif-alternatif lainnya.
b. Kembangkan kebiasan yang menopang kreativitas.
Biasakan mempertanyakan dasar keinginan. Sudah diutarakan di atas bahwa tiap keinginan biasanya punya dasar keinginan yang lebih mendalam. Jika sebuah keinginan mengalami hambatan, carilah dasarnya dan cobalah cara lain untuk mencapai dasar keinginan itu. Berikut ini sebuah contoh. Dua orang mahasiswa gagal menemui buku yang mau dibacanya diperpustakan. Mahasiswa yang pertama berusaha mencari tahu siapa yang meminjam buku itu dan berharap agar Si Peminjam mau berbelas kasihan kepadanya. Mahasiswa kedua berusaha mencari buku itu di tempat lain seperti perpustakaan lain atau di toko buku. Mahasiswa ketiga mempertanyakan, "Mengapa saya mencari buku itu". Ketika menyadari bahwa ia sebetulnya ingin memahami teori X, ia berpikir tentang cara lain untuk memahami teori X. Teori itu mungkin juga ditulis di buku lain. Atau barangkali ada dosen yang bersedia menerangkan teori itu kepadanya. Kemudian ketika ia menyadari bahwa keinginannya untuk memahami teori X adalah demi menganalisis suatu masalah, ia terpikir mengenai teori lain yang mungkin digunakan sebagai alat analisis.
Biasakan mengambil resiko. Ada perbedaan mendasar antara gagal dan keliru. Kegagalan adalah akhir suatu proses. Kekeliruan adalah bagian dari suatu proses. Tidak sedikit kekeliruan yang bisa diperbaiki. Jadi janganlah takut melakukan kekeliruan. Ini tentu bukan anjuran untuk berlaku nekat. Perbuatan nekat mengabaikan kenyataan. Sebaliknya, berani melakukan kekeliruan boleh jadi dilandasai oleh kesadaran bahwa banyak sekali hal yang tidak bisa dikuasai tanpa pernah gagal. Siapakah orang yang tidak pernah jatuh ketika belajar jalan di waktu bayi? Adakah orang yang langsung bisa berenang ketika pertama kali diceburkan ke kolam? Pernahkah ada orang yang bisa bersepeda tanpa berulang kali jatuh? Jadi janganlah takut jatuh kalau mau belajar naik sepeda. Tapi, ambilah resiko yang akibatnya tak akan fatal. Jangan juga belajar naik sepeda di jalan tol Jagorawi.
Jangan terlalu takut menyimpang dari kebiasaan umum. Kreativitas, pada dasarnya adalah penyimpangan yang dihargai.Gagasan-gagasan yang sama dengan kebiasaan umum, tidak akan diakui sebagai karya kreatif. Karena itu, ada baiknya untuk membiarkan "gagasan-gagasan gila" menari-nari di benak kita. Kita toh baru pada tahap mengumpulkan alternatif yang masih dapat disempurnakan. Tidak ada salahnya selama "kegilaan" itu masih berwujud gagasan yang tidak segera direalisir. Kebiasaan memikirkan hal-hal yang sinting seringkali membuahkan gagasan yang menyimpang (lain dari biasanya) tetapi bisa diterima orang.
c. Manfaatkan peralatan dan teknik-teknik yang ada.
Para ahli kreatologi telah mengembangkan sejumlah teknik untuk mengembangkan gagasan. Beberapa diantaranya adalah pemanfaatan chek list (daftar sidik), pemaksaan hubungan, penggunaan analogi, pemikiran skematik, dan pengubahan sistematik.
Penggunaan daftar sidik. Membaca tiap butiran yang tercantum dalam daftar sidik menyebabakan munculnya sejumlah rangsangan yang memacu timbulnya gagasan. Misalnya saja orang yang sedang binging memikirkan kue yang akan disajikan untuk konsumsi rapat. Ia dapat mengambil menu makanan yang pernah ada dan kemudian mulai mencek tiap butiran menu satu demi satu. Selama menelusuri daftar sidik ini, ia mungkin sekali tiba-tiba teringat pada satu jenis makanan lain, atau tergoda untuk mengabungkan dua jenis kue. Daftar sidik dapat ditemui di mana saja dan kita dapat saja membuat sendiri daftar sidik itu. Selain itu, buku telepon adalah salah sumber inspirasi.
Pemaksaan hubungan. Memaksakan hubungan sebuah benda atau ide dengan masalah yang sedang dihadapi kadang-kadang memberikan hasil yang mujarab. Seorang teman pernah bingung ketika sedang menghadapi masalah. Ia kemudian melihat telepon di mejanya dan bertanya pada diri sendiri, apa hubungan antara telepon itu dengan masalahnya? Ia akhirnya memutuskan untuk menelpon seorang temannya untuk mengabarkan bahwa ia sedang punya masalah. Setelah menelpon empat orang teman secara random, teman kelima memberikan saran, yang setelah ia olah, ternyata membawa hasil yang luar biasa. Teman yang lain memaksakan hubungan antara lukisan kuda dihadapannya dengan masalah yang dihadapinya. Ia mulai dengan melihat mata kuda, pelana kuda, kuku kuda, dan membayangkan kereta kuda, lalu berkhayal pesiar dengan kereta kuda. Akhirnya, lamunannya membawanya pada sebuah gagasan.
Pengubahan sistematik. Cara ini merupakan penggabungan ide untuk menggunakan daftar sidik dan pemaksaan hubungan. Mulailah dengan memaksakan munculnya sebuah ide awal. Apapun ide itu. Kemudian uraian ide awal itu ke dalam elemen-elemennya. Setelah itu, pikirkan apa yang dapat dihasilkan dengan mengubah masing-masing elemen. Cara ini biasa digunakan untuk menemukan merek obat. Misalkan gagasan yang pertama muncul adalah Kalpanks. Ini nama yang sudah dipakai pabrik lain dan untuk penyakit lain. Tapi biarlah. Uraikan kata "Kalpanaks" ke dalam elemen-elemennya. "K-a-l-p-a-n-a-k-s". Mulailah dengan memikirkan perubahan pada elemen pertama. Apa jadinya bila elemen ini dibuang (Alpanax). Apa jadinya jika elemen ini diganti, misalnya dengan B (Balpanaks). Bagaimana kalau diganti dengan C, dengan D, dengan E. Bagaimana pula jika yang diubah adalah dua elemen sekaligus. Demikian seterusnya.
Selain cara-cara yang telah diuraikan di atas pasti masih ada sejumlah cara lain. Yang penting adalah kesedian untuk terus mencoba dan tidak cepat putus asa. Akan jauh baik bila kebiasaan mengembangkan gagasan kita lakukan juga pada saat-saat kita sedang dituntut untuk segera menemukan jalan keluar. Pada saat tidak dikejar dead-line, kita selalu dapat menghasilkan alternatif yang masih mungkin disempurnakan. Sebaliknya, jika kita seolah didesak oleh waktu untuk segera menghasilkan putusan, cobalah renungkan, "Mana yang lebih buruk akibatnya: terlambat mengambil putusan atau memilih putusan yang jelek akibatnya?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar