KREATIVITAS, PERLUKAH?
Kreasi R. Matindas
Agustus, 1991
1. Banyak orang tergesa-gesa menjawab "ya", ketika dihadapkan dengan pertanyaan seperti di atas. Ini menimbulkan kesan bahwa semua orang menghargai kreativitas. Padahal, di lain pihak banyak juga orang mengeluh bahwa usaha kreatifnya dihambat oleh pihak-pihak tertentu. Kalau semua pihak menganggap kreativitas diperlukan, mengapa ada orang-orang yang menghambat kreativitas?
2. Kreativitas memang diperlukan, tapi ada hal hal lain yang barang kali lebih penting dari kreativitas. Orang-orang yang cepat menjawab "ya" waktu ditanya "Perlukah kreatif?", biasanya mulai berpikir lebih hati-hati sewaktu dikejar dengan pertanyaan susulan. "Mana yang lebih penting, kreativitas atau disiplin?"
Pertanyaan ini layak diajukan mengingat kreativitas umumnya dicapai melalui usaha usaha yang sedikit banyak melanggar ketentuan atau kebiasaan umum. Sesuatu jadi punya nilai kreatif karena ia beda dari lainnya. Ada petunjuk bahwa kreativitas dan kepatuhan pada aturan atau ketentuan (baca: disiplin) seringkali saling bersimpang jalan. Itu sebabnya pertanyaan di atas diajukan. Nah, kalau Anda yang disodorkan pertanyaan ini, apa jawaban Anda?
3. Orang-orang yang disiplin, kaku, dan berpegang pada aturan, akan selalu konsisten mempertahankan peraturan. Sewaktu di tanya, "Pilih kreatif atau disipilin?" mereka mengikuti aturan tersirat yang ada dalam pertanyaan itu. Mereka mengasumsikan bahwa mereka harus memilih salah satu. Atau kreatif atau disiplin; dan biasanya mereka lalu memilih "disiplin".
Kelompok yang kreatif justru bertindak sebaliknya. Mereka jadi kreatif karena menolak untuk tunduk pada kelaziman. Disuruh memilih, mereka menolak.
Tanya "Kreatif atau disiplin?"
Jawab "Dua-duanya!"
4. Menyimpang dari kelaziman adalah salah satu ciri orang kreatif. Tapi bukan satu satunya. Untuk reatif dibutuhan ciri tambahan. Soalnya, sekedar melanggar kelaziman belum layak diberi cap kreatif. Buktinya, ada juga orang orang yang punya hobi melanggar peraturan, tanpa sumbangan kreativitas. Pelanggar peraturan seperti ini cuma sekedar pemberontak dan para oposan. Paradoks dari kreativitas adalah kenyataan bahwa kreativitas merupakan pelanggaran yang kemudian dihargai. Persoalannya sekarang adalah, "Bagaimana caranya melanggar aturan, secara kreatif?"
Bayangkan bahwa Anda mendapat pertanyaan seperti ini. Apa jawaban Anda?
5. Mengubah peraturan adalah salah satu cara untuk "bertindak kreatif tanpa melanggar peraturan". Ubah dulu peraturannya baru bertindak menentang peraturan (lama). Langkah ini menjadi agak sulit kalau kewenangan membuat peraturan ada ditangan orang lain. Untuk mengatasi kesulitan ini, ubah juga peraturan yang mengatakan "saya tak berwenang mengubah peraturan". Alhasil, untuk bisa kreatif orang perlu mengembangkan "resitance to blind conformity". Orang yang kreatif menolak untuk patuh secara membuta.
6. Menentang peraturan, bukan satu satunya cara untuk menghasilkan karya kreatif. Untuk memahami pernyataan ini kita perlu sedikit berpikir tanpa logika matematik. Mari mencoba. Misalkan ada yang bilang, "Untuk kreatif, orang harus berani menyimpang dari kelaziman, harus sudi melanggar ketentuan". Baik, dengan catatan harus ada pengecualian. Kalau tidak, ketentuan terakhir ini pun harus dilanggar. Dan itu berarti bahwa untuk kreatif tak perlu melanggar peraturan.
7. Banyaknya jalan ke Roma sama dengan banyaknya cara untuk menghasilkan kreativitas. Satu diantaranya adalah mengembangkan kebiasaan untuk terus mempertanyakan sesuatu walau pun kelihatannya sudah sangat jelas. Dalam bahasa Inggris, creativity dan curiousity adalah dua kata yang sama sama mulai dengan "C(=see)" dan berakhir dengan "Y(=why)". Carilah mengapanya segala sesuatu. Mengapa ada peraturan? Apa tujuan peraturan itu? Bisakah tujuan ini dicapai tanpa mematuhi peraturan yang bersangkutan? Tidakkah peraturan yang ada justru menghambat tujuan yang ingin dicapainya?"
Bertanyalah! Karena pertanyaan merangsang munculnya gagasan baru.
8. Mari mengulang pertanyaan di awal naskah ini. "perlukah kreativitas? Kalau perlu, untuk apa? Bisakah mencapai tujuan itu dengan cara yang lain? Kalau kreativitas diperlukan hanya demi produktivitas, barangkali masih ada cara lain untuk mencapainya. Disiplin, kerja keras, ulet, pantang menyerah, sistematis dan sebagainya, adalah juga cara cara untuk meningkatkan produktivitas. Lalu, untuk apalagi kreativitas dibutuhkan?
Percayalah bahwa banyak cara mencapai tujuan. Kreativitas hanya satu di antaranya. Kalau Anda menganggap diri Anda tidak kreatif, coba gunakan cara lain. Bukankah jika sedang tak ada rotan, akar pun dapat dimanfatkan.
9. Nasib baik rupanya tidak berpihak pada orang orang yang tidak kreatif. Karena tidak kreatif, mereka perlu alternatif lain untuk mencapai tujuan (yang umumnya bisa dicapai lewat kreativitas). Celakanya, agar bisa menemukan alternatif gagasan untuk mencapai tujuan, biasanya, orang (juga) perlu kreativitas. Jadi, barangkali memang lebih menguntungkan kalau Anda mencoba jadi orang kreatif.
Tanya: "Bagaimana caranya agar bisa kreatif?"
Jawab: "Yakinkan diri Anda bahwa Anda orang kreatif!"
Tanya: "Bagaimana meyakinkan diri bahwa saya kreatif?"
Jawab: "Dengan membuktikan bahwa Anda memang kreatif"
Mari langgar peraturan. Jangan terjerat oleh pertanyaan di atas. Gantilah pertanyaan itu misalnya dengan, "Bagaimana cara agar tidak kehilangan kreativitas". Atau barangkali bisa juga dipertanyakan, "Apa saja yang menghambat kreativitas" Menyingkirkan hambatan kreativitas adalah cara lain untuk meningkatkan kreativitas.
10. Sangat banyak yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas. Berikut ini disajikan beberapa di antaranya.
a. Gabungkan dua kualitas yang kelihatannya saling bertentangan.
[] Disiplin dan sekaligus fleksibel.
[] Lakukan trial & error, tapi secara sistematis .
[] Hancurkan yang lama demi menghasilkan yang baru.
[] Uraikan sesuatu, lalu hubungkan kembali unsur-unsurnya.
[] Cari tantangan yang mengandung resiko dan buat rencana yang matang untuk memperkecil resiko itu.
[] Biasakanlah untuk membuat lalu mengubah kebiasaan.
b. Nikmati perubahan. Singkirkan ketakukan terhadap hal-hal yang baru. Yang harus dihindari adalah kegagalan, bukan resiko untuk gagal. Dengan menerima resiko untuk gagal, orang berani mencoba. Lewat percobaan yang gagal orang menemukan inspirasi.
c. Pelajari gagasan yang muncul. Jangan terlalu cepat menganggap sebuah gagasan yang "muluk" sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Tantang diri Anda untuk mencari cara agar gagasan yang semula "muluk" itu dapat diubah jadi rencana yang realitis. Kembangkan gagasan melalui berbagai cara seperti: Menambah, merinci, mengurangi, mencampurkan dua idea, dan sebagainya.
d. Percayalah bahwa Anda bisa bertindak kreatif. Orang yang yakin bahwa sesuatu tidak mungkin cenderung untuk tidak mengusahakannya. Kalau Anda tidak yakin Anda bisa kreatif, Anda tidak akan mencoba untuk jadi kreatif.
e. Usahakan kelengkapan informasi. Makin banyak informasi yang dimiliki seseorang, makin besar kemungkinan untuk memikirkan kemungkinan kemungkinan baru.
f. Bayangkan bagaimana orang lain akan memecahkan masalah yang Anda hadapi. Buatlah berbagai analogi.
g. Kembangkan kebiasaan bertanya:
[] "Bagaimana kalau ...."
[] "Untuk apa....",
[] "Apa lagi.......".
Jangan pernah puas dengan apa yang sudah tercapai. Jangan nikmati hasil akhir. Nikmatilah prosesnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar