Menanti Amal Konglomerat.
Kreasi R. Matindas
Dalam sebuah penelitian imajiner, Profesor Hakedas membandingkan pertumbuhan bibit-bibit pohon mangga yang berasal dari pohon yang sama. Menurut teori, jika pertumbuhan pohon mangga semata-mata ditentukan oleh faktor genetik, maka haruslah bibit yang sama menghasilkan pohon yang setara. Karena itu, untuk menguji kebenaran teori ini sebuah bibit ditanam digurun Gobi dan satu lainnya di tanam di aliran sungai Eufrat. Hasilnya bisa diramalkan. Yang ditanam di Gurun Gobi mati layu dalam usia muda, sedang yang di aliran sungai Efrat tumbuh subur melebihi induknya. Profesor Hadkedas segera membuat kesimpulan singkat: Pertumbuhan pohon mangga ditentukan oleh faktor dari luar". Kesimpulan ini jelas-jelas kesimpulan yang keliru!
Sang profesor melupakan sebuah kenyataan bahwa bibit pohon Mangga tidak pernah tumbuh menjadi pohon durian. Kenyataan ini menunjukkan adanya pengaruh bawaan yang menentukan pertumbuhan pohon mangga. Bibit pohon mangga punya potensi untuk menjadi pohon mangga yang subur, dengan catatan bibit itu kemudian mendapatkan pupuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Jika bibit itu memperoleh pupuk yang sesuai, bibit itu akan tumbuh sesuai dengan potensinya, sesuai dengan tendensinya.
Pertumbuhan pohon mangga tidak terlalu berbeda dengan perkembangan manusia. Ketika dilahirkan, manusia membawa sejumlah potensi perkembangan. Potensi ini menghasilkan sejumlah tendensi (kecendrungan). Namun aktualisasi potensi maupun tendensi ini banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat berkembangnya manusia yang bersangkutan.Salah satu potensi yang dibawa manusia sejak saat dikandung bundanya adalah potensi untuk menjadi makhluk yang terdorong untuk menolong sesamanya. Potensi ini tidak akan menjadi kenyataan bila manusia itu dibesarkan dalam lingkungan yang justru menghambat perkembangan potensi ini. Ada sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi dalam proses perkembangan agar sang bayi dikemudian hari berkembang menjadi manusia yang tergerak untuk beramal bagi sesama. Salah satu di antara prasyarat itu adalah terpenuhinya kebutuhan minimum manusia yang bersangkutan.
Setiap manusia mempunyai sejumlah kebutuhan dasar. Yang pertama adalah kebutuhan-kebutuhan yang bersifat biologik. Makan, , udara yang bebas polusi, serta kesempatan yang cukup untuk istirahat. Kebutuhan-kebutuhan ini adalah kebutuhan yang bersifat siklik, artinya terjadi secara berulang-ulang. Setelah makan cukup banyak, seseorang jadi jenuh untuk makan lagi lagi. Orang yang kekenyangan tidak mampu makan walaupun dihadapannya terhidang sejumlah santapan lezat. Dalam saat seperti ini, orang itu cenderung untuk menawarkan makanannya kepada orang lain. Walaupun tingkah laku seperti ini belum masuk katagori beramal, akibat yang dihasilkannya sama saja. Kalau jatah makanan cukup banyak, semua orang akan kebagian.
Kebutuhan untuk beristirahat juga kebutuhan yang mempunyai efek jenuh. Setelah tidur seharian, seseorang terdorong untuk bergerak, untuk bekerja, berlari atau sekedar menari. Hanya orang-orang yang kurang gizi yang tampil sebagai pemalas.
Di samping kebutuhan-kebutuhan biologik manusia juga punya kebutuhan yang bersifat psikologik, kebutuhan yang hanya dapat dipuaskan lewat interaksi dengan sesama manusia. Kebutuhan untuk merasa disayang, kebutuhan untuk merasa berarti dan berkuasa,serta kebutuhan untuk menyayangi orang lain tidak dapat dipuaskan oleh manusia-manusia yang hidup seorang diri di hutan-hutan Amazon. Kebutuhan-kebutuhan psikologik ini memiliki sifat hirakik. Kebutuhan dengan hirarki yang lebih rendah harus lebih dahulu terpuaskan sebelum kebutuhan dengan hirarki lebih tinggi
mencuat dan mendominasi tingkahlaku seseorang. Orang yang tidak mendapat cukup perhatian akan terus menerus bertingakahlaku --secara sadar maupun tidak-- untuk mengejar perhatian orang lain. Lihat saja anak-anak kecil yang sering diacuhkan orang tuanya. Ada saja perbuatannya untuk mencuri perhatian orang dewasa. Jika selama bertingkahlaku manis mereka didiamkan dan diacuhkan, maka mengikuti dorongan nalurinya ia akan menampilkan kenakalan-kenakalan agar mendapatkan perhatian. Mereka bukan dasarnya nakal, tapi bagi mereka masih lebih baik dimarahi daripada didiamkan dan dianggap tidak ada di dunia.
Orang-orang yang sedang jatuh cintapun biasanya bertingkah seperti anak kecil. Jika rayuan gombal mereka tidak membawa hasil yang diharapkan, boleh jadi mereka melakukan "teror" untuk mendapatkan respons. Hal yang sama dilakukan juga oleh para istri yang ditinggal serong oleh suaminya. Jika usaha-usaha pertama untuk mengembalikan perhatian suami tidak membawa hasil, mereka melakukan tindakan "balas dendam". Mula-mula hanya sekedar untuk mendapat perhatian dari suami, tapi lama kelamaan untuk mendapat perhatian dari orang lain. Semua ini disebabkan karena manusia memang butuh perhatian.
Selain butuh perhatian manusia juga butuh pengakuan, butuh tepuk tangan dan kekaguman orang-orang disekitar. Kebutuhan yang sama memang tidak selalu dicapai melalui cara yang serupa. kuno mengatakan ada banyak jalan ke Roma. Maka manusia pun memikirkan cara-cara orisinal untuk memamerkan kehebatannya.
Di antara berbagai cara yang pernah dicobanya, manusia cenderung mengulang cara-cara yang paling membawa hasil. Dan salah satu cara yang membawa hasil adalah dengan memamerkan perbuatan baik untuk sesama. Dengan beramal atau menjadi donatur yang dikenal.
Jangan heran jika seorang yang dengan "rela" menyumbang dua juta rupiah agar namanya tercantum dalam daftar donatur untuk korban bencana alam, suatu hari bisa bertengkar dengan tukang parkir yang minta --secara tidak sah-- tambahan uang seratus rupiah. Juga jangan kaget jika teman yang baru saja mentraktir para relasi sampai ratusan ribu rupiah, tetap minta supir taksi mengembalikan uang lima puluh rupiah. Penyebabnya sederhana saja, untuk dompet bencana Flores dan mentraktir teman mendatangkan pengakuan orang lain. Sebaliknya, perbuatan tukang parkir dan supir taksi sering kali membuat kita merasa dilecehkan mereka. Ibu-ibu juga seringkali menawar bajaj tanpa belas kasihan tetapi kemudian membayar lebih tanpa mengaharapkan uang kembalian. Intinya tetap sama, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan.
Manusia yang punya rejeki baik dan memperoleh semua kebutuhan-kebutuhannya dengan sendirinya akan berkembang menjadi manusia yang terdorong untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi, manusia yang beramal bagi sesama. Mereka menolong manusia bukan lagi karena kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan (mereka sudah mendapatkannya) melainkan karena panggilan kejiwaannya.
Seperti pohon mangga yang berhasil mengaktualisasikan setiap potensi bila ditanam dilahan yang subur, manusia yang berkembang dalam lingkungan yang kondusif juga akan dengan sendirinya mengaktualisasikan potensi dan tendensinya. Sayangnya, jumlah manusia seperti ini tidak banyak, karena juga tidak banyak orang yang benar-benar mendapatkan hal-hal yang ia butuhkan.
Karena tidak semua manusia terdorong untuk beramal secara sukarela, padahal jumlah orang yang membutuhkan subsidi pihak lain cukup banyak, terpaksalah masyarakat menciptakan cara-cara untuk membujuk maupun mengancam orang-orang tertentu untuk mengulurkan tangan bagi pihak lain yang butuh bantuan.
Beberapa negara menerapkan sistim kemasyarakatan yang menyuburkan pengumpulan dana untuk kegiatan-kegiatan penelitian maupun kegiatan kesenian. Kedua kegiatan ini dianggap kegiatan yang penting bagi perkembangan masyarakat tetapi umunya kegiatan ini membutuhkan dana yang besar yang tidak dapat dihasilkan sendiri oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dua jenis kegiatan itu. Keringanan pajak bagi perusahan yang memberikan sumbangan bagi kegiatan pendidikan dan kesenian memang mujarab untuk mendorong para pengusaha menyisihkan dana mereka bagi kedua kegiatan ini. Di samping mendapatkan keringanan pajak, mereka pun mendapatkan hasil sampingan lain, pengakuan dan penghargaan masyarakat. Selain itu, beberapa orang yang sangat kayaraya boleh jadi memberikan sumbangan mereka karena mereka memang sudah kehabisan akal untuk menemukan cara lain dalam memanfaatkan kekayaannya.
Di Indonesia situasinya tampak berbeda. Dulu sebuah yayasan yang bergerak dibidang pendidikan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak. Tapi sekarang --karena banyaknya pihak yang berusaha mengeruk keuntungan dengan berkedok yayasan pendidikan-- -yayasan juga diharuskan membayar pajak. Akibatnya yayasan pendidikan --khususnya perguruan tinggi swasta-- mulai mengelola diri sebagai bisnis dengan tujuan utama mengumpulkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh ini lebih sering digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pengurus yayasan daripada
dimanfaatkan untuk beasiswa bagi penelitian dan perkembangan ilmu.
Dalam usaha menghimpun dana bagi kegiatan sosial, Indonesia tampaknya punya cara tradisional yang berbeda dari negara-negara lain. Sejak jaman dahulu kala kita mengenal adanya jenis-jenis sumbangan yang dipungut bukan atas dasar kerelaan. Di mana-mana kita dipaksa untuk memberikan sumbangan wajib. Selama bulan dana Palang Merah di mana-mana ada penjualan paksa stiker PMI. PON, setiap pembayaran telepon, pengurusan STNK dan sebagai dibebani biaya tambahan untuk stiker tanda menyumbang PON. Tidak jelas benar apakah uangnya benar-benar mengalir ke kas PMI dan Panita penyelenggara PON. Anak-anak yang menjajakan
stiker PMI biasanya menghadapi penyumbang yang tidak suka repot- membubuhkan nama di buku catatan penyumbang, dan juga sering kali tidak meminta stiker tanda telah menyumbang. (Stiker itu tidak ada gunanya, karena orang yang menyumbang toh akan dimintai lagi sumbangan; di Air port, di pintu gerbang TOL maupun di Rumah-rumah). Sebagai akibatnya sejumlah uang yang diterima anak-anak penjaja stiker tidak perlu mereka pertanggung jawabkan, banyaknya uang terkumpul lebih besar dari banyaknya stiker yang keluar. Jadilah kelebihan dana ini sebagai uang jajan anak yang bersangkutan, dan mulailah masyarakat mendidik orang untuk jadi koruptor kecil-kecilan.
Keharusan mengeluarkan uang untuk memberi sumbangan bukan hanya digalakkan lewat program pemerintah. Pihak swasta pun mengikuti jejak pemerintah untuk memungut sumbangan-setengah-. Di berbagai tempat, kita sering menemukan tong bekas yang diletakkan ditengah jalan agar mobil tidak dapat melintas dengan cepat. Dan dipinggir jalan ada sejumlah anak yang mengacungkan kotak amal yang tidak disertai segel sementara dari laudspeaker terdengar bujukan agar pengendara yang lewat sudi memberikan bantuan sekedarnya untuk suksesnya pembangunan panti asuhan maupun tempat ibadah.
Setelah terlepas dari hadangan tong bekas, diujung jalan lagi-lagi para pengemdui dihadapkan dengan kaleng dana yang diajukan oleh para petugas lalulintas amatir. Di beberapa tempat, banyak orang yang rela memberi karena melihat bahwa peminta sumbangan punya jasa yang lumayan untuk melancarkan arus lalulintas. Tapi sebaliknya dibanyak tempat lain, kehadiran para petugas amatir inilah yang sebenarnya memacetkan arus lalulintas.
Rangkaian todongan untuk menyumbang masih berlajut di berbagai tempat lain. Pada malam hari di banyak persimpangan jalan di Jakarta berpangkal sejumlah banci dengan modal gitar butut atau sekedar kerencengan. Memanfatkan saat mobil terpaksa berhenti karena lampu merah, mereka mulai mendendangkan lalu bertema gugatan untuk beramal. Orang biasanya memberi sumbangan bukan karena mereasa terhibur oleh lagu yang dibawakan dengan suara sember, melainkan lebih untuk segera terhindar dari teror para banci ini. Teror serupa juga diperagakan sejumlah anak tanggung yang membawa lap kotor untuk membersihkan mobil yang sedang berhenti di lampu merah. Anak anak ini juga muncul di tempat-tempat peristirahatan yang terletak di antara Cipayung sampai Cipanas. Di pagi hari --tanpa di minta-- mobil yang parkir di tempat-tempat peristirahatan tersebut sudah bersih dicuci.
Siangnya datang laporan "Om, tadi pagi mobilnya sudah saya cuci". Di dalam kamus bahasa amal, kalimat tadi sama artinya dengan permintaan uang jasa.
Selain harus menghadapi semua permintaan setengah memaksa ini Para konglomerat indonesia masih juga harus berhadapan dengan berbagai uang jasa birokrasi untuk memperlancar bisnis mereka. Setelah dirongrong oleh serangkaian kewajiban beramal
yang tidak memberikan rasa diakui dan dihargai, tidaklah terlalu mengherankan bahwa di negara ini belum banyak orang yang terdorong untuk menyisihkan dana bagi kegiatan-kegiatan kesenian dan penelitian. Pupuk yang diberikan bagi perkembangan jiwa para konglomerat Indonesia tampaknya masih belum cukup untuk jiwa sosial mereka. Dalam kondisi seperti ini, menghadapi orang-orang yang tidak terpanggil untuk beramal, masih ada satu cara untuk menghimpun dana dari mereka; undang-undang yang mewajibkan perusahaan besar menyisihkan sebagian kecil keuntungan mereka untuk menunjang kegiatan penelitian dan kesenian. Undang-undang seperti ini hanya akan lahir jika para pendekar legeslatif --yang mulia anggota DPR kita-- punya sedikit kesadaran bahwa penelitian dan kesenian adalah pupuk yang dibutuhkan bagi perkembangan kejiwaan para warga negara. Yang agak mengkuatirkan adalah bila jiwa para pendekar ini juga berkembang tanpa cukup mendapatkan pupuk yang sebetulnya mereka butuhkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar