Senin, 20 Oktober 2008

WAWANCARA IMAJINER TENTANG GEJALA FREE SEX.
R. MATINDAS

Pengantar:
Reporter Matra Menghubungi saya untuk minta waktu memberikan komentara
tentang gejala free sex di lingkungan kampus. Karena saya kuatir bahwa komentar
saya mungkin di tafsirkan keliru, saya lalu membuatkan wawancara imajiner,
seakan akan saya telah di wawancarai dan kemudian memberikan jawabannya.

Tanya:
Tim Matra mensinyalir bahwa belakangan ini ada gelaja meluasnya kebiasaan
melakukan free sex di kalangan insan kampus. Apa komentar anda?

Jawab:
Pertanyaan anda terlalu luas untuk segera di jawab. Saya lebih dahulu ingin tahu
apa persisnya yang ingin anda tanyakan. Apakah anda bermaksud menanyakan
sebab-sebab terjadinya gejala itu, menanyakan apa dampak gejala itu atau
menanyakan apakah saya setuju dengan tindakan para pelaku free sex. Atau
barangkali anda ingin mencek apakah gejala itu benar-benar ada?

Tanya
Semuanya. Kami ingin tahu apakah anda juga mengamati bahwa gejala free sex
semakin meluas. Kalau hal itu ternyata benar, kami juga ingin tahu mengapa hal itu
terjadi dan apa akibatnya. Kami juga ingin tahu apakah anda bisa membenarkan
tindakan orang orang yang melakukan free sex.

Jawab
Pertanyaan itu harus dijawab satu-persatu. Yang pertama mengenai betul-tidaknya
ada free sex di lingkungan kampus. Terus terang saya tidak tahu. Soalnya saya
tidak pernah melihat adegan sex yang dilakukan mahasiswa. Kalau taoh mereka
melakukannya, mereka melakukannya di ruang tertutup, dan saya tidak di undang.
Saya hanya tahu bahwa makin banyak orang yang percaya bahwa sekarang
lebih banayak mahasiswa yang melakukan hubungan sex di luar nikah. Saya tidak
menolak kemungkinan bahwa hal itu benar. Tapi saya tidak bisa memberi
kesaksiaan bahwa hal itu meang terjadi.






Tanya:
Konon kabarnya para mahasiswa juga mengadakan pesta sex.

Jawab
Barang kali. Tapi saya tidak diundang. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa
mereka tahu adanya pesta seperti itu, tapi kalau ditanya apakah mereka
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, umumnya bilang 'tidak'. Bahkan
seandainya mereka sebetulnya hadir dan ikut berpartisipasi, mereka juga mungkin
bilang "tidak". Sebaliknya, jika mereka bilang "iya", saya juga tidak bisa
memastikan apakah mereka benar-benar melakukannya atau hanya sekedar
membual saja. Yang pasti saya tidak pernah langsung menyaksikan adanya pesta
sex.

Tanya
Apakah menurut anda hal itu tidak mungkin terjadi?

Jawab:
Saya tidak menolak kemungkinan itu. Saya hanya menolak mengkonfirmasikan
bahwa hal itu benar-benar terjadi. Saya tidak tahu.

+
Baiklah. Sekarang tentang pertanyaan lainnya. Seandainya memang hal itu benar
terjadi, menurut anda apa penyebabnya?

-
Kemungkinan penyebabnya bisa banyak. Orang bisa sakit perut karena keracunan
makanan, bisa karena masuk angin dan bisa juga karena di santet. Orang
melakukan hubungan sex juga karena sebab yang bermacam-macam. Ketika orang
melakukan hubungan sex diluar nikah, ada banyak sekali hal yang implisit mereka
lakukan. Yang pertama mereka melakukan tindakan melanggar norma umum.
Yang kedua mereka tidak tahan, yang ketiga mereka tidak tahu apa akibatnya.
Kalau diperhatikan, pada saat saya mahasiswa dulu, rekan-rekan yang melakukan
sholat jumlahnya sedikit sekali. Sekarang jumlah mahasiswa yang "taat" jauh lebih
banyak. Jadi tidak bisa dibilang free sex itu terjadi karena lunturnya keimanan.
Orang yang "nyeleweng" dalam soal cinta bisa jadi orang saat jujur dalam hal
keuangan. Orang yang mati-matian tidak mau nyontek bisa jadi tidak segang-segan
meyuap polisi lalu lintas. Mitchel, seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa
pandangan moral seseorang bersifat sangat spesifik.
Saya cenderung menyalahkan media massa yang terlalu mengembar-gemborkan
masalah free-sex. Sebagai akibatnya, banyak orang yang berpikir bahwa bukan
dirinya sendiri yang melakukan sex-bebas. Hal ini menyebabkan mereka lebih
mungkin melakukan sex bebas, dengan pikiran, "toh bukan saya sendiri".

Tapi disamping itu, kita juga harus ingat bahwa sex adalah dorongan alami. Alam
mempersiapkan manusia untuk mampu melakukan hubungan sex pada usia yang
relatif muda untuk ukuran sekarang. Tapi peradaban, dan kepentingan keluarga
berencana menyarankan penundaan usia pernikahan. Agama sendiri tidak melarang
orang menikah pada usia muda. Karena tidak boleh menikah tetapi dorongan
sexnya menggebu-gebu, mahasiswa mungkin sudah tidak tahan. Dari pada menikah
(yang konekuensinya lebih luas), kan lebih gampang melakukan hubungan sex
(yang belum tentu ketahuan)

Fungsi aktivitas seks itu macam-macam, dan prasyarat untuk menikmati seks tidak
terlalu macam-macam. Orang yang sedang kelaparan pun masih bisa menikmati
orgasme. Prajurit yang berperang, narapidana yang menjali masa hukuman,






semuanya bisa menikmati seks. Jadi kalau ada peluang untuk berhubungan sex,
orang lebih besar kemungkinan untuk menikmatinya.

Yang membuat orang dulu tidak melakukan, bukanlah karena tidak ingin. Melainkan
karena takut. Ketika takut itu hilang, yang tersisa hanya keinginan dan lalu
terjadilah.

+
Apa dampaknya?

-
Macam-macam. Dalam soal kemungkinan penyebaran aids, free sex memperbesar.
Terhadap bisnis rumah bordil, gejala ini meningkatkan pangsa pasar. Terhadap
penjualan alat-alat kontra sepsi, positif. Terhadap kegiatan belajar, tidak jelas.
Terhadap kebahagiaan perkawinan di kemudian hari, juga tidak jelas.

+
Apakah anda setuju,

-
Saya sendiri tidak jelas benar panda pendirian saya. Yang pasti saya tidak akan
membedakan perlakukan saya terhadap mahasiswa pelaku dan non pelaku. Saya
tidak menghargai seseorang dari pandangan seksnya. Saya terlanjur tahu bahwa banyak orang menjadi sesuatu bukan karena kesalahannya semata.

Tidak ada komentar:

Arsip Blog